TERBARU

InternasionalNews

Trump Ancam Bunuh Ali Khamenei, Desak Iran ‘Menyerah Total’

ORINEWS.id – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan mengetahui di mana Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersembunyi selama konflik Israel-Iran. Ia menyatakan, AS bisa membunuhnya kapan saja bila ingin.

Dalam unggahan media sosial dini hari tadi, Trump juga mendesak, “penyerahan tanpa syarat” Iran ketika konflik negara itu dengan Israel terus meningkat.

“Kami tahu persis di mana orang yang disebut ‘Pemimpin Tertinggi’ bersembunyi,” tulis Trump. “Dia adalah sasaran empuk, tapi aman di sana – Kami tidak akan membunuhnya, setidaknya untuk saat ini. Tapi kami tidak ingin rudal ditembakkan ke warga sipil, atau tentara Amerika. Kesabaran kami semakin menipis.” 

Komentar Trump yang semakin tajam terhadap pemerintah Iran muncul setelah ia mendesak 9,5 juta penduduk Teheran untuk menyelamatkan diri ketika ia mempersingkat partisipasinya dalam KTT G-7 untuk kembali ke Washington guna melakukan pembicaraan mendesak dengan tim keamanan nasionalnya.

Menanggapi ancaman Trump untuk membunuhnya, Ali Khamenei menulis di X: “Atas nama Haidar yang mulia, pertempuran dimulai.” Haidar adalah nama panggilan lain untuk Ali bin Abi Thalib, khalifah Islam keempat.

Komentar tentang Khamenei dan seruan untuk menyerah muncul tak lama setelah Trump dalam postingan terpisah menggembar-gemborkan kendali penuh atas langit di Teheran. Trump pada hari-hari awal konflik menolak rencana yang diajukan oleh Israel untuk membunuh Khamenei, menurut seorang pejabat AS yang mengetahui masalah tersebut.

Bukan hanya ancaman Trump yang memicu spekulasi bahwa AS mungkin akan ikut serta dalam operasi ofensif. Hal ini juga disertai dengan pengerahan pesawat militer AS secara tiba-tiba ke Eropa dan Timur Tengah.

📎 Baca juga: SBY: Konflik Israel-Iran Mengarah Eskalasi Serius, Dunia Harus Bertindak

BACA JUGA
Dicari Massa Aksi, Bahlil Keluar dari Pintu Belakang Bandara Sorong

Setelah pengarahan di Situation Room di Gedung Putih dengan anggota tim keamanan nasionalnya semalam, Trump sedang mengevaluasi apakah akan memberikan dukungannya kepada Israel dengan menargetkan fasilitas nuklir Iran. Setelah pertemuan tersebut, beberapa pejabat pemerintahan saat ini dan mantan pejabat mengatakan kepada NBC News bahwa presiden sedang mempertimbangkan berbagai opsi, termasuk serangan AS. “Kami menunggu keputusan presiden,” kata seorang pejabat senior Israel kepada CNN.

Fasilitas nuklir Fordow Iran terletak di bawah gunung yang akan sulit ditembus pasukan Israel tanpa bantuan Amerika Serikat, yang merupakan satu-satunya negara yang memiliki bom yang dapat menembus bunker bawah tanah. Dua pejabat Israel mengatakan kepada CNN bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berharap Trump menawarkan dukungan atas kemauannya sendiri, daripada memaksanya untuk melakukan hal tersebut.

Ancaman serupa disampaikan pihak Jerman. “Jika Iran tidak mundur, penghancuran total program nuklir Iran akan menjadi agendanya, yang tidak dapat dicapai oleh Israel sendirian,” kata Kanselir Jerman Friedrich Merz kepada televisi ZDF sehari setelah bertemu Trump di KTT G-7 di Kanada.

Pembicaraan Putin-Xi Jinping

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping akan membahas situasi di Timur Tengah melalui panggilan telepon dalam beberapa hari mendatang, kantor berita Interfax mengutip pernyataan seorang ajudan Kremlin pada Selasa.

Ajudannya, Yuri Ushakov, juga dikutip oleh TASS mengatakan bahwa Putin dan Presiden Turki Tayyip Erdogan telah sepakat untuk mengintensifkan kontak antara kementerian luar negeri dan pertahanan masing-masing sehubungan dengan perang antara Israel dan Iran.

Meski tak punya pakta pertahanan formal, China dan Iran, serta Korea Utara semuanya mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Masing-masing memasok teknologi penting, drone, rudal, dan artileri ke Moskow. Sedangkan Korea Utara telah mengirimkan ribuan tentara untuk mendukung operasi Rusia.

BACA JUGA
Realisasi Anggaran Pemilu 2024 Tembus Rp33,3 Triliun, Pilkada Rp21,9 T

Sebelum kabar soal rencana pembicaraan itu, Xi Jinping menyatakan sangat khawatir terhadap operasi militer Israel terhadap Iran yang telah meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Itu adalah komentar publik pertamanya mengenai konflik tersebut.

Xi, berbicara di sela-sela pertemuan puncak dengan lima negara Asia Tengah di ibu kota Kazakhstan, Astana, mengatakan China menentang tindakan apapun yang melanggar kedaulatan, keamanan, dan integritas wilayah negara lain.

📎 Baca juga: Markas Mossad di Tel Aviv Porak-poranda Dihantam Rudal Iran, Api Berkobar

“Semua pihak harus berupaya meredakan konflik sesegera mungkin dan mencegah situasi semakin memburuk,” kata Xi, dalam komentarnya yang dikutip oleh stasiun televisi pemerintah China, CCTV.

“China siap memainkan peran konstruktif dalam memulihkan perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, tambahnya. Kementerian Luar Negeri China sebelumnya mengatakan China telah mulai mengevakuasi warganya dari Israel dan Iran dan mendorong gencatan senjata.

Rusia juga mengecam serangan Israel yang terus menerus terhadap Iran, menyebutnya ilegal dan mendesak penyelesaian diplomatis atas kekhawatiran atas program nuklir Teheran. Dalam sebuah pernyataan yang diposting di Telegram, Kementerian Luar Negeri Rusia menyoroti “pernyataan jelas” Iran yang menegaskan komitmennya terhadap Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT), dan menyatakan kesiapannya untuk terlibat dalam dialog dengan AS.

Moskow mengatakan pihaknya sedang menunggu “analisis murni” dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengenai apakah serangan Israel telah merusak fasilitas nuklir Iran. Iran tetap menjadi penandatangan NPT dan sebagian besar mengizinkan IAEA melakukan inspeksi terhadap situs nuklirnya, sementara Israel tidak pernah menandatangani perjanjian tersebut dan secara luas diyakini memiliki persenjataan nuklir.

Sementara menyusul serangan Israel ke Iran, Rusia dan AS menunda proses normalisasi hubungan mereka, kata Ajudan Presiden Yury Ushakov saat menjawab pertanyaan dari TASS. “Awalnya disepakati untuk mengadakan pertemuan berikutnya mengenai normalisasi hubungan di Moskow, namun kemudian Amerika menyarankan untuk menundanya,” katanya dalam jumpa pers. []

Artikel Terkait

Load More Posts Loading...No more posts.
Enable Notifications OK No thanks