ORINEWS.id – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe terus menunjukkan geliatnya sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi regional di Aceh. Berlokasi strategis di persimpangan jalur perdagangan internasional, KEK ini menawarkan potensi luar biasa untuk investasi, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan industri berorientasi ekspor.
KEK Arun Lhokseumawe adalah kawasan industri yang berfokus pada sektor energi, petrokimia, agroindustri pendukung ketahanan pangan, logistik, serta industri kertas kraft. Kawasan ini terbentuk dari konsorsium berbagai BUMN dan BUMD seperti PT Pertamina, PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), PT Pelindo I, PT Pembangunan Aceh (PEMA), Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN), dan dikelola oleh PT Patriot Nusantara Aceh. Total luas kawasan ini mencapai 2.600 hektare.
KEK Arun membentang di dua wilayah administratif, yakni Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Kawasan ini memiliki nilai strategis karena terletak di jalur Sea Lane of Communication (SLoC), yakni Selat Malaka—salah satu rute pelayaran tersibuk di dunia. Posisi ini menjadikan KEK Arun sebagai simpul potensial dalam jaringan rantai pasok global, terutama di kawasan ASEAN dan Asia Selatan.
KEK Arun resmi beroperasi sejak 14 Desember 2018, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2017. Mengacu pada proyeksi dari Dewan Nasional KEK, pada tahun 2024, KEK Arun diperkirakan akan menyerap antara 3.926 hingga 5.496 tenaga kerja, tergantung pada skenario pertumbuhan investasi yang digunakan dengan target jangka panjangnya menarik investasi hingga US3,8 miliar dan menyerap 40.000 tenaga kerja pada tahun 2027. Selain entitas pengelola dan konsorsium perusahaan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memainkan peran vital dalam pengembangan KEK ini. Melalui Kantor Bea Cukai Lhokseumawe, berbagai fasilitas fiskal dan kemudahan kepabeanan diberikan untuk mendorong iklim investasi.
Kepala Kantor Bea Cukai Lhokseumawe, Agus Siswadi, dalam sesi monitoring dan evaluasi (monev) KEK menjelaskan, “Dalam KEK kami menyediakan fasilitas seperti pembebasan bea masuk dan insentif perpajakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.”
KEK Arun bukan sekadar kawasan industri biasa. Selain fokus pada sektor energi dan logistik, kawasan ini juga memiliki potensi untuk menjadi basis pengembangan industri perikanan dan pertanian. Dengan kekayaan ekosistem perairan dan komoditas unggulan seperti sawit, kopi, kakao, karet, kelapa, serta minyak atsiri, KEK Arun diharapkan menjadi pendorong utama diversifikasi ekonomi Aceh.
Lebih jauh, KEK ini akan terintegrasi dengan inisiatif jalur sutra maritim (Maritime Silk Road), membuka peluang lebih besar dalam perdagangan internasional di kawasan Asia Selatan.
Para pelaku usaha di KEK Arun memperoleh berbagai kemudahan, antara lain: Fasilitas Kepabeanan, merupakan fasilitas pembebasan atau penangguhan bea masuk, PPN, dan PPh atas barang yang digunakan untuk kegiatan industri dalam kawasan. Fasilitas Perpajakan berupa insentif pajak penghasilan dan kemudahan lainnya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan Sistem Aplikasi KEK yang memanfaatkan platform digital untuk pengurusan perizinan, pemasukan dan pengeluaran barang secara efisien dan transparan.
Dengan semua keunggulan ini, KEK Arun Lhokseumawe telah menjadi episentrum baru dalam pembangunan ekonomi Aceh yang inklusif dan berkelanjutan. Upaya kolaboratif antara pemerintah pusat, daerah, swasta, serta lembaga seperti Bea Cukai menjadi fondasi kuat dalam menggerakkan kawasan ini menuju industri hijau yang kompetitif secara global. []