ORINEWS.id – Penelitian dari Lund University, Swedia, menjawab sebagian besar misteri tentang burung kapinis. Tim yang dipimpin oleh Dr. Anders Hedenström memasang alat kecil bernama data logger di tubuh beberapa individu kapinis untuk memantau aktivitas mereka selama lebih dari satu tahun.
Alat seukuran kuku jari ini merekam cahaya, akselerasi, dan tekanan udara untuk melacak lokasi, ketinggian, serta tingkat aktivitas terbang burung sepanjang musim migrasi.
Hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology menunjukkan bahwa sebagian besar kapinis menghabiskan lebih dari 99 persen waktunya di udara selama sepuluh bulan penuh tanpa pernah mendarat.
Selama periode itu, burung-burung ini makan, tidur, dan bahkan mengganti bulu sayapnya di udara. Hanya sekitar dua bulan dalam setahun mereka turun ke darat di Eropa untuk berkembang biak, sebelum kembali terbang melintasi Laut Tengah menuju Afrika.
Data penelitian juga mengungkap rute migrasi yang luar biasa panjang: dari Skandinavia dan Inggris menuju Afrika Barat hingga Republik Demokratik Kongo, lalu kembali lagi setiap tahun.
Dalam perjalanan itu, kapinis mengikuti pola angin besar dan memanfaatkan arus udara panas untuk meluncur jauh tanpa banyak mengepakkan sayap. Penemuan ini bukan hanya mencatat rekor penerbangan nonstop selama 10 bulan, tetapi juga mengubah pemahaman ilmiah tentang bagaimana seekor burung dapat hidup hampir sepenuhnya di udara.
Bagaimana Mereka Makan di Udara
Kapinis mencari makan sepenuhnya saat terbang. Mereka membuka paruh lebarnya sambil meluncur di udara untuk menangkap serangga kecil seperti lalat, nyamuk, semut terbang, dan kutu daun.
Dengan kemampuan manuver yang presisi, mereka mampu mengumpulkan hingga puluhan ribu serangga setiap hari. Paruh mereka yang tampak kecil saat tertutup sebenarnya bisa terbuka lebar seperti jaring, dengan bulu halus di sekitarnya untuk menangkap serangga mikroskopis.
Serangga yang tertangkap dikumpulkan menjadi gumpalan kecil atau “bola makanan” di dalam paruh sebelum ditelan. Pada musim berkembang biak, induk bahkan membawa bola makanan berisi ribuan serangga untuk anaknya di sarang.

Kapinis paling aktif berburu saat senja dan pagi hari, ketika banyak serangga naik ke udara mengikuti suhu hangat. Mereka juga sering mengikuti kawanan serangga yang tertarik pada kolom udara panas di atas hutan atau padang rumput.
Menariknya, kapinis tidak perlu minum air langsung. Cairan tubuh yang dibutuhkan diperoleh dari serangga yang mereka makan. Protein dan lemak dari mangsa memberi energi, sementara cairan tubuh serangga menjaga hidrasi mereka selama penerbangan panjang.
Semua kebutuhan hidupnya — makan, minum, bahkan mengganti bulu — dipenuhi di udara. Karena itu, kapinis dikenal sebagai pemangsa udara paling efisien di dunia burung.
Bagaimana Mereka Tidur Tanpa Mendarat
Tidur menjadi misteri lain dari kehidupan kapinis. Para peneliti menduga mereka tidur dengan setengah otak (unihemispheric slow-wave sleep), di mana satu sisi otak beristirahat sementara sisi lainnya tetap aktif untuk mengontrol arah dan keseimbangan terbang.
Mekanisme ini memungkinkan mereka tetap melayang di udara tanpa kehilangan kendali, mirip dengan lumba-lumba dan burung laut seperti fregat.
Data logger menunjukkan bahwa kapinis memperlambat kepakan sayapnya pada malam hari dan sering meluncur stabil di ketinggian 2.000–7.000 meter. Pola ini menandakan fase “tidur ringan” di udara.
Ada juga indikasi bahwa mereka melakukan mikro-tidur, yaitu istirahat singkat selama beberapa detik hingga menit yang diulang berkali-kali sepanjang malam. Dengan cara ini, mereka tetap menjaga energi tanpa benar-benar berhenti terbang.
Adaptasi luar biasa ini menjelaskan bagaimana kapinis bisa bertahan di udara hingga sepuluh bulan penuh. Sistem tidur dan metabolisme yang efisien membuat mereka mampu melewati jarak antar benua tanpa istirahat di daratan.
Dalam satu siklus hidup sekitar enam tahun, seekor kapinis dapat menempuh jutaan kilometer — jarak yang setara dengan puluhan kali keliling bumi.
Migrasi dan Ancaman di Darat
Meski kemampuan terbangnya luar biasa, kapinis tetap menghadapi ancaman serius. Perubahan iklim menurunkan populasi serangga, sumber makanan utama mereka.
Penggunaan pestisida di pertanian memperburuk keadaan, sementara modernisasi kota mengurangi tempat bersarang alami. Bangunan-bangunan lama yang dulu menjadi lokasi bersarang kini digantikan oleh struktur modern tanpa celah.
Beberapa negara di Eropa telah memulai program konservasi seperti pemasangan kotak sarang buatan dan kampanye pelestarian habitat. Di Swedia dan Inggris, kelompok pengamat burung mendorong masyarakat untuk mempertahankan bangunan lama yang ramah bagi kapinis.
Burung ini tidak hanya simbol ketangguhan, tetapi juga indikator kesehatan ekosistem kota. [Source:Mongabay]




























