TERBARU

BolaOlahraga

PSG Raih Gelar Liga Champions Pertama Tanpa Mbappé, Hantam Inter 5-0 di Final

ORINEWS.id – Paris Saint-Germain (PSG) mencatat sejarah baru dengan meraih gelar Liga Champions Eropa pertama mereka, setelah menang telak 5-0 atas Inter Milan dalam partai final yang digelar di Allianz Arena, Munich, Sabtu (31/5/2025) malam waktu setempat atau Minggu (1/6/2025) dini hari WIB. Ironisnya, prestasi bersejarah ini diraih saat PSG sudah tidak lagi diperkuat sang megabintang, Kylian Mbappé.

Dalam laga yang didominasi sepenuhnya oleh wakil Prancis tersebut, gol-gol kemenangan PSG dicetak oleh Achraf Hakimi, Khvicha Kvaratskhelia, Senny Mayulu, serta dua gol dari gelandang muda berbakat Désiré Doué. Kemenangan telak ini menjadi kemenangan dengan selisih gol terbesar sepanjang sejarah final Liga Champions.

Inter Milan menjadi tim pertama yang kebobolan lima gol di partai final kompetisi antarklub Eropa paling bergengsi tersebut. Sepanjang laga, skuad asuhan Simone Inzaghi tampak kesulitan membendung agresivitas dan permainan kolektif PSG.

Tim Tanpa Bintang, Tapi Penuh Kolektivitas

Keberhasilan PSG ini tidak hanya menandai pencapaian sejarah klub, tetapi juga menjadi bukti keberhasilan transformasi besar yang dilakukan pelatih Luis Enrique. Setelah era megabintang seperti Lionel Messi, Neymar, dan terutama Kylian Mbappé berakhir, PSG justru berkembang menjadi tim yang lebih solid dan berorientasi pada permainan kolektif.

“Saya sangat berani musim lalu ketika saya berkata bahwa kami akan menjadi tim yang lebih baik, dalam menyerang maupun bertahan. Sekarang semua orang bisa melihatnya,” ujar Enrique dalam konferensi pers usai laga.

Pelatih asal Spanyol itu menambahkan, “Saya katakan, daripada memiliki satu pemain yang mencetak 40 gol, saya lebih ingin semua pemain mencetak banyak gol. Dan itulah yang terjadi. Ini bukan tim satu orang, ini tim yang saling mendukung.”

BACA JUGA
Arak-arakan Timnas U-22 Besok, Polisi Terapkan Rekayasa Lalu Lintas

Musim ini, PSG memang tampil tanpa satu megabintang sentral. Pemain seperti Ousmane Dembélé mencetak 33 gol di semua kompetisi, namun ia tidak menjadi satu-satunya andalan. Bradley Barcola (21 gol), Gonçalo Ramos (18), dan Désiré Doué (13) turut memberi kontribusi signifikan.

Munculnya Generasi Baru

Kepercayaan Luis Enrique pada pemain muda berbuah manis. Di partai final, Désiré Doué tampil cemerlang dengan dua golnya, sementara Senny Mayulu turut mencatatkan nama di papan skor. Generasi baru PSG ini menunjukkan semangat dan determinasi tinggi, menambah dinamika baru dalam permainan Les Parisiens.

Dari sisi taktik, PSG tampil rapi, cepat, dan efisien. Mereka tidak memberi banyak ruang bagi Inter untuk mengembangkan permainan. Kerja sama antar lini begitu padu, menegaskan bahwa PSG telah bertransformasi menjadi tim dengan identitas permainan yang jelas.

Lebih dari Sekadar Trofi

Bagi Presiden Klub Nasser Al-Khelaifi, kemenangan ini menjadi lebih dari sekadar trofi. Ini adalah validasi dari pendekatan baru PSG—yakni membangun tim berdasarkan filosofi permainan, kerja sama, dan kebersamaan, bukan sekadar deretan nama besar.

“Ini adalah hari bersejarah untuk Paris Saint-Germain dan para penggemarnya. Kami telah membuktikan bahwa kolektivitas dan visi jangka panjang dapat membawa hasil nyata,” ujar Al-Khelaifi dalam keterangan resminya.

Bayang-Bayang Mbappé

Meski mencatatkan diri sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah PSG, Kylian Mbappé harus menyaksikan mantan timnya meraih trofi Liga Champions pertama justru setelah kepergiannya ke Real Madrid. Lebih ironis lagi, Madrid yang diperkuat Mbappé tersingkir di perempat final oleh Arsenal.

Kemenangan ini sekaligus menutup babak panjang “kutukan” PSG di Liga Champions, yang selama ini selalu kandas meski diperkuat nama-nama besar. Kini, justru ketika mereka mengedepankan kerja tim dan memberi ruang bagi pemain muda, trofi yang lama dinanti akhirnya tiba.

BACA JUGA
Tekuk Yaman, Timnas U-17 Indonesia Raih Tiket ke Piala Dunia

Dengan kemenangan ini, PSG menorehkan sejarah bukan hanya bagi klub, tetapi juga bagi sepak bola Eropa—bahwa zaman dominasi individual bisa digantikan oleh era permainan kolektif dan visi pelatih yang konsisten.[]

Artikel Terkait

Load More Posts Loading...No more posts.
Enable Notifications OK No thanks