ORINEWS.id – Suhu udara di Banda Aceh dalam beberapa hari terakhir melonjak hingga 36,1 derajat Celsius. Kondisi cuaca panas ekstrem ini mengundang perhatian berbagai kalangan, termasuk Pemerhati Lingkungan dan Sosial, Teuku Heppi Suaidi, S.Hut. Ia menilai fenomena tersebut sebagai sinyal nyata dampak perubahan iklim yang semakin dirasakan.
“Kita tidak bisa mengabaikan fenomena ini. Kenaikan suhu udara yang signifikan merupakan bagian dari dampak perubahan iklim yang selama ini telah diperingatkan oleh para ahli,” ujar Teuku Heppi saat dihubungi, Sabtu (31/5/2025).
Ia menekankan pentingnya edukasi publik untuk lebih peduli terhadap lingkungan, termasuk mengurangi emisi karbon dan memperluas ruang hijau di perkotaan. Menurutnya, Pemerintah Kota Banda Aceh dibawah kepemimpinan Bunda Illiza perlu memperkuat kebijakan adaptasi terhadap perubahan iklim dengan memperhatikan tata ruang kota yang berkelanjutan.
“Banda Aceh harus siap menghadapi kondisi cuaca yang semakin tidak menentu. Perencanaan kota yang berkelanjutan menjadi sangat penting, mulai dari penanaman pohon di setiap fasilitas publik hingga penyediaan ruang terbuka hijau, sistem ventilasi alami, dan penggunaan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim,” pungkas Teuku Heppi.
Penjelasan BMKG
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Sultan Iskandar Muda Banda Aceh menyampaikan peringatan dini terkait suhu ekstrem yang terjadi di wilayah Aceh dan sekitarnya.
Dalam keterangannya, Kepala Stasiun Meteorologi SIM, Nasrol Abdi, menjelaskan bahwa suhu maksimum yang tercatat pada Rabu (29/5/2025) mencapai 36,1 derajat Celsius. Ia menyebut, minimnya pertumbuhan awan konvektif pada siang hari menyebabkan intensitas penyinaran matahari langsung meningkat ke permukaan tanah.
“Kondisi ini diperparah dengan angin yang bertiup dari arah timur laut hingga barat, sehingga kelembapan udara menjadi relatif kering, berkisar antara 50 hingga 85 persen,” kata Nasrol.
BMKG memperkirakan cuaca panas ini masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan, terutama di wilayah Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Utara, hingga Aceh Timur.
Nasrol mengimbau masyarakat untuk mewaspadai risiko dehidrasi dan heatstroke, khususnya bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lanjut usia. Masyarakat disarankan mengenakan pelindung saat beraktivitas di luar ruangan, seperti topi, kacamata hitam, dan pakaian tipis berwarna terang. Kegiatan fisik disarankan dilakukan pada pagi atau sore hari.
Potensi Hujan Mendadak dan Karhutla
Meski suhu udara sangat tinggi pada siang hari, BMKG juga mencatat adanya potensi hujan lokal pada sore hingga malam hari yang bisa disertai angin kencang dan genangan air. Fenomena ini terjadi akibat pemanasan ekstrem yang memicu pembentukan awan hujan secara cepat.
BMKG turut mengingatkan adanya peningkatan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Masyarakat diminta untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar dan menghindari tindakan yang dapat memicu percikan api, termasuk membuang puntung rokok sembarangan.[]