ORINEWS.id – Pegiat sejarah di Tegal, dihebohkan dengan temukan nisan peninggalan era kolonial Belanda, di halaman rumah warga, kawasan Mejasem, Tegal, Jawa Tengah.
Pada batu nisan itu, bertulisakan nama Leonard Jean Everhard van Rappard, diduga seorang bangsawan Belanda, kelahiran Batavia, pada 10 Juli 1845.
Disebutkan, mendiang meninggal dunia di Tagal, ejaan lama untuk Kota Tegal, pada 31 Mei 1882.
Pegiat sejarah Tegal, Bijak Cendekia Sukarno mengatakan, batu nisan kuno itu ditemukan saat dirinya tengah melakukan pemetaan udara melalui Google Earth.
“Saya langsung ke lokasi dan benar saja, itu batu nisan orang Belanda,” katanya, dilansir dari panturanews, Selasa (22/7/2025).
Yang menariknya, pada batu nisan itu ditemukan simbol Freemason, berupa lingkaran dengan penggaris dan kompas. Temuan ini pun viral dan menjadi perbincangan hangat publik.
Apalagi, nama van Rappard disebut-sebut sebagai keluarga bangsawan Belanda yang cukup berpengaruh, pada abad ke-19, dan banyak menduduki posisi penting di pemerintahan saat itu.
Dalam sejarah, Tegal merupakan salah satu pusat kegiatan Freemason yang cukup penting. Di daerah ini, pernah berdiri Loge Humanitas (Artawijaya-Gerakan Theosofi di Indonesia).
Pengaruh Loge Humanitas, menyebar hingga ke Cirebon, pada 1 Maret 1920, dengan nama Freemasonry Kring Cirebon atau Vrijmetselarij-Kring Cheribon.
“Akar pendirian Freemason di Cirebon, dapat ditelusur dari loji-loji milik Belanda yang berada di Tegal,” tulis laman nationalgeographic.
Belakangan diketahui, organisasi Freemason ini berkaitan dengan gerakan Theosofi di Indonesia.
Sayang, banyak bangunan loge-loge Freemason itu dihancurkan oleh militer Jepang, dan telah dialihfungsikan, sejak dikeluarkannya larangan oleh Soekarno, pada 1961.
Temuan batu nisan ini menjadi cukup menarik, untuk mengungkap jaringan gerakan Freemason di Tegal, dan perannya dalam gerakan theosofi pada masa kolonial Hindia Belanda.