ORINEWS.id – Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Aceh Besar menggelar kegiatan silaturahmi dan aksi bersih-bersih pantai di kawasan wisata Teupin Gaki Tuan, Gampong Moun Ikuen, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-16 KNTI ini berlangsung pada Ahad, 26 Mei 2025.
Acara peringatan HUT KNTI yang diselenggarakan oleh DPD KNTI Aceh Besar diawali dengan kegiatan silaturahmi pada pukul 11.00 WIB, lalu dilanjutkan dengan aksi bersih pantai yang melibatkan unsur Muspika Kecamatan Lhoknga, pengurus KNTI Aceh Besar, Dekan Fakultas Ekonomi Unmuha, aparatur gampong, mahasiswa dari Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI, perwakilan nelayan, hingga tamu undangan lainnya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut perwakilan PT Rafaloen Mandiri dan PT Solusi Bangun Andalas (SBA) yang memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan HUT KNTI kali ini.
Ketua DPD KNTI Aceh Besar, Muliadi Muchtar, menyebut kegiatan ini sebagai bagian dari tradisi tahunan yang rutin digelar dalam memperingati HUT KNTI. Tahun ini, tema yang diangkat bertajuk “Berdaulat dan Berjaya”, dengan harapan nelayan dan masyarakat pesisir bisa lebih diperhatikan oleh pemerintah.
📎 Baca juga: Pemerintah Aceh Bakal Rebut Kembali 4 Pulau di Singkil usai Dicaplok Sumut
“Masalah yang paling banyak kami hadapi sekarang adalah soal akses terhadap BBM bersubsidi. Banyak nelayan masih kesulitan mengurus dokumen seperti kartu pas atau rekomendasi,” ujar Muliadi kepada wartawan.
Muliadi menyampaikan, KNTI Aceh Besar siap membantu masyarakat dalam proses administratif tersebut, termasuk memfasilitasi pengurusan rekomendasi BBM agar lebih cepat dan tepat sasaran.
Ia juga berharap pemerintah tidak lagi melihat nelayan sebagai simbol kemiskinan ekstrem. Menurutnya, sudah saatnya kehidupan masyarakat pesisir ditingkatkan.
“KNTI siap berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Panglima Laut, Muspika, dan Muspida, untuk menyuarakan aspirasi nelayan,” ujar Muliadi.
Sementara itu, Ketua Panitia HUT KNTI Aceh Besar, Junaidi, dalam sambutannya mengulas sejarah dan perjuangan KNTI dalam mendampingi nelayan, termasuk kendala yang masih dihadapi di lapangan.
“Ini merupakan acara Hari Ulang Tahun KNTI ke-16. Kalau saya boleh mengurut, KNTI sudah terbentuk sejak tahun 2009,” ungkap Junaidi.
Ia menyoroti pentingnya kehadiran KNTI sebagai wadah advokasi dan pengorganisasian nelayan sejak didirikan.
“Kami berdiri karena melihat persoalan nelayan tak kunjung selesai; mulai dari akses BBM, minimnya fasilitas penunjang melaut, sampai belum maksimalnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan keluarga nelayan,” ujar pria yang juga akademisi Poltekkes Kemenkes RI Aceh ini.
Junaidi menjelaskan, KNTI Aceh Besar telah membentuk koperasi nelayan dan mendorong pembentukan NPUK (Nomor Pokok Unit Kegiatan) sebagai landasan legal nelayan untuk memperoleh hak-haknya, termasuk subsidi solar.
“Masalahnya, banyak nelayan belum bisa mengakses subsidi karena belum memenuhi syarat administrasi. Padahal mereka benar-benar nelayan. Ini yang sedang kami perjuangkan bersama KNTI pusat dan jaringan daerah,” jelasnya.
Menurut Junaidi, tantangan lain yang dihadapi nelayan di Aceh Besar adalah terbatasnya hasil tangkapan di pesisir. Banyak dari mereka harus melaut hingga dua jam ke tengah laut karena ekosistem pesisir sudah tidak mendukung.
“Dulu cukup melaut tak jauh dari pantai, sekarang ikan makin sulit didapat. Tidak ada lagi kawasan rumput laut atau tempat ikan berkembang. Jadi kami ingin pemerintah juga memikirkan restorasi kawasan pesisir,” ucapnya.
Ia menambahkan, kegiatan ini tidak hanya sebagai perayaan simbolik, tetapi juga sebagai bentuk konsolidasi dan penyampaian suara dari komunitas nelayan yang selama ini kurang terdengar.
“Kami sangat berharap, dengan hadirnya Muspika dan perwakilan pemerintah daerah hari ini, ada perhatian serius. Kita harus berjaga-jaga dan berpikir jauh ke depan,” katanya.
Acara ditutup dengan makan siang bersama dan sesi bincang santai dengan awak media. [*]