ORINEWS.id – Komunitas Solidaritas Paser Mania Aceh (SPAMA) menggelar silaturahmi sekaligus evaluasi tutup buku tahun anggaran 2025–2026. Kegiatan ini menjadi ajang konsolidasi organisasi serta perumusan arah kebijakan komunitas dalam pengembangan olahraga paser ikan di Aceh.
Pertemuan tersebut berlangsung di Pondok Kopi, Gampong Meunasah Papeun, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Rabu, 31 Desember 2025. Seluruh pengurus dan anggota Koordinator Wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar hadir dalam agenda akhir tahun itu.
Ketua SPAMA, Bukhari, mengatakan evaluasi dilakukan sebagai refleksi perjalanan organisasi selama setahun terakhir. Menurut dia, penilaian menyeluruh diperlukan agar program kerja komunitas tetap tepat sasaran.
“Evaluasi tutup buku ini penting untuk melihat apa saja yang sudah kita lakukan, apa yang perlu diperbaiki, dan bagaimana SPAMA ke depan tetap solid serta memberi manfaat, tidak hanya bagi anggota, tetapi juga bagi lingkungan dan masyarakat,” kata Bukhari dalam keterangannya.
Senada dengan itu, Wakil Ketua SPAMA Letda Andryasmar menekankan pentingnya menjaga nilai sportivitas. Ia menegaskan bahwa komunitas ini memiliki misi edukasi mengenai metode tangkap ikan yang bertanggung jawab.
“Paser ikan bukan sekadar hobi atau olahraga, tapi juga wadah edukasi tentang penangkapan ikan yang selektif dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Sejarah dan Perkembangan di Aceh
Olahraga paser ikan, yang mulai dikenal di Indonesia sejak 2009, dikategorikan sebagai alat tangkap modern yang ramah lingkungan. Di Aceh sendiri, hobi ini mulai masuk pada 2011 melalui pemaser asal Pulau Jawa dan mengalami lonjakan popularitas signifikan sejak 2019.
Meningkatnya minat masyarakat Aceh terhadap adrenalin paser ikan juga dipicu oleh peran konten kreator lokal, seperti pasangan YouTuber Andreyasmar dan Subiantoro, yang aktif memperkenalkan olahraga ini ke publik luas.
Penasehat SPAMA, T. Safrul Hadi, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut memberikan arahan khusus bagi para anggota. Ia mengingatkan agar setiap pemaser tetap menjunjung tinggi etika saat berada di lapangan dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat lokal di sekitar area penangkapan.
“Kita harus menjadi teladan bagi masyarakat bahwa hobi ini tidak merusak ekosistem, justru kita hadir sebagai penjaga kelestarian perairan,” ujar T. Safrul.
Salah seorang anggota Korwil Aceh Besar, Fahrijal menambahkan bahwa komunitas ini menjadi ruang pembelajaran kolektif.
“Kami bukan hanya berburu sensasi strike, tapi juga belajar menjaga alam dan saling berbagi pengalaman,” katanya.
Kontribusi Lingkungan
Sejak resmi dikukuhkan pada 25 September 2022 di Pantai Alue Naga, SPAMA tidak hanya fokus pada kegiatan memaser. Komunitas ini tercatat aktif dalam aksi sosial, mulai dari pembersihan sampah plastik di bantaran sungai hingga melakukan penebaran benih ikan (restocking) di perairan umum untuk menjaga populasi ikan lokal.
Melalui evaluasi akhir tahun ini, SPAMA berkomitmen untuk terus memperluas manfaat komunitas dan memastikan bahwa setiap aktivitas anggota tetap selaras dengan prinsip kelestarian alam yang berkelanjutan. []



























