ORINEWS.id – Sebuah presentasi yang tengah ramai diperbincangkan di media sosial Nigeria memantik perhatian luas secara global. Dalam slide yang dibagikan melalui platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), dinyatakan bahwa Indomie, iPhone 16 Pro Max, serta pola pengasuhan yang keliru menjadi penyebab utama meningkatnya kehamilan remaja di negara tersebut.
Materi presentasi ini memicu banyak tanggapan dari netizen Indonesia, terlebih karena Indomie, produk instan yang menjadi kebanggaan nasional turut dikaitkan dengan persoalan sosial serius di Nigeria.
Seperti dijelaskan dalam presentasi tersebut, kondisi kemiskinan yang parah dan kurangnya edukasi mengenai moral membuat sebagian remaja Nigeria bersedia melakukan hubungan demi memperoleh barang seperti mi instan ataupun ponsel mahal.
Beberapa pengguna X menambahkan bahwa di tengah situasi ekonomi yang memburuk dan inflasi yang melonjak, produk seperti Indomie dipandang sebagai barang bernilai tinggi dan bahkan menjadi “alat tukar” dalam relasi sosial yang tidak sehat.
“Indomie di Nigeria merupakan salah satu penyebab kehamilan remaja,” tulis akun thread @badaisenjaa dikutip Hops.ID pada 29 Juli 2025.
Respons Warganet
Reaksi masyarakat Indonesia di dunia maya terhadap isu ini pun cukup ramai dan banyak yang bernada satir. Berikut sejumlah komentar yang mengemuka:
“Padahal Indomie itu menu tanggal tua, kok bisa jadi pemicu hamil?,” beber netizen.
“Disana Indomie seberharga itu? Kirain cuma mi murah,” ujar netter.
“Bawa Indomie se-kardus bisa dapet pacar, katanya..,”
“Micin-nya yang bikin cinta kali ya?,” jelas netter.
Beberapa komentar juga menyinggung nilai ekspor produk dalam negeri:
“Ternyata produk kita sebegitu berharganya di sana loo!”
Kendati banyak respons bersifat jenaka, fenomena ini sebenarnya mencerminkan persoalan mendalam yang bersifat struktural.
Terutama terkait kesenjangan sosial, keterbatasan akses pendidikan, dan minimnya perlindungan terhadap anak muda di negara-negara berkembang.
Situasi ekonomi Nigeria yang mengalami hiperinflasi, ditambah lemahnya pengawasan terhadap remaja, turut membuka ruang bagi praktik-praktik yang akhirnya memicu lonjakan kehamilan di usia muda. []