ORINEWS.id – Roy Suryo ikut nimbrung mengomentari penyakit Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Rupanya Roy Suryo tidak percaya begitu saja soal penyakit Jokowi hanya alergi kulit biasa.
Roy Suryo menyampaikan kecurigaan lain terkait penyakit yang diderita Jokowi. Dia curiga Jokowi stres.
Roy Suryo: Bisa Jadi Jokowi Stres
Kubu Jokowi menyebut bahwa penyakit yang dialami hanya alergi kulit biasa, ditambah ada peradangan sehingga mempengaruhi kondisi dan warna kulitnya.
Namun Roy Suryo dari kubu penuding ijazah Jokowi palsu tidak langsung percaya.
Roy Suryo mengaku kenal dengan mantan dokter kepresidenan.
Dia sempat menanyakan kondisi penyakit yang diderita Jokowi hingga membuat warna kulitnya berubah.
“Saya juga kenal dengan mantan dokter kepresidenan, mengatakan itu stres juga bisa,” terang Roy Suryo dikutip dari Youtube Sentana TV, Rabu (25/6/2025).
Roy Suryo ke Jokowi: Supaya Tidak Stres Tunjukkan Ijazahnya
Roy Suryo tetap menyindir Jokowi soal isu ijazah yang kini tengah bergulir.
“Stres itu juga bisa timbul ruam-ruam, makin stres, makin jadi. Supaya gak stres, tunjukan aja ijazahnya,” kata Roy.
Roy Suryo Doakan Kesembuhan Jokowi
Meski begitu, Roy Suryo tetap mendoakan agar Jokowi bisa segera sembuh dari penyakitnya.
Lagi-lagi, Roy Suryo juga menyinggung soal isu ijazah palsu.
“Moga-moga cepet sembuh, kemudian bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya,” ucap Roy.
Rocky Gerung: Sakit Jokowi Bukan Alergi, Itu Psikosomatik, Gangguan Kejiwaan
Mengenai kondisi kesehatan Jokowi, Rocky Gerung menduga itu bukan alergi, melainkan kondisi kejiwaan yang disebut psikosomatik.
“Saya kira bukan alergi ya, ada semacam itu psikosomatik. Jadi, kalau alergi itu kan kimia tuh. Ini psikosomatik, artinya gangguan kejiwaan itu tidak mampu untuk diatasi oleh tubuh,” papar Rocky Gerung saat menjadi tamu dalam acara Walk The Talk yang diunggah di kanal YouTube DeddySitorusOfficial, Kamis (19/6/2025).
Jokowi Disebut Ketagihan Kamera
Menurut Rocky, Jokowi mengalami ketagihan kamera tetapi polemik mengenai dirinya tak berhenti, sehingga efek negatifnya mempengaruhi kondisi tubuhnya.
“Nah, kita mulai lihat bagaimana, misalnya, ketagihan Pak Jokowi terhadap kamera itu akhirnya mencandu terus-menerus tu.
Pada saat dia mencandu, yang terjadi justru adalah efek negatifnya kan. [Kecanduan yang] dia mesti layani, mesti seolah-olah ‘ya silakan.’ Pada saat yang sama, anaknya dipersekusikan oleh politician kan. Jadi itu yang terjadi,” jelasnya.
Ketegangan Psikologi Jokowi Tak Bisa Lagi Diatasi dengan Obat-obatan
Rocky Gerung juga menduga, ada ketegangan psikologi yang dialami Jokowi dan sudah tidak bisa lagi diatasi dengan obat-obatan.
“Jadi, sebetulnya ketegangan psikologi itu kalau tubuhnya tidak kuat, sistem stressor-nya, mesti diatasi secara kimia.
Misalnya, minum xanax atau obat penenang. Nah, kelihatannya sudah pernah dipakai, dan itu sudah kebal, karena Pak Jokowi itu ada ketegangan psikologi luar biasa,” jelasnya.
Akademisi kelahiran Manado, Sulawesi Utara 20 Januari 1959 ini menambahkan, ketegangan psikologis Jokowi bertumpuk lantaran banyaknya persepsi negatif dari publik.
“Setelah dia turun itu tidak berhenti dugaan-dugaan negatif terhadap perilaku beliau selama pemerintah. Dan itu menyakitkan, karena mungkin Pak Jokowi melihat Ibu Mega setelah lengser ngurusin PDIP, Pak Prabowo sebelum jadi presiden ngurusin partai, Pak SBY secara lengser melukis, ngurusin partai,” papar Rocky.
Jokowi Kasak-kusuk Tak Punya Mainan Politik
Rocky Gerung menilai, Jokowi juga resah karena tidak memiliki mainan politik, meski ada keterkaitan antara nama Jokowi dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Menurut Rocky , PSI yang identik sebagai partai anak muda jelas tidak sesuai untuk Jokowi.
“PSI adalah partai anak muda tapi pemimpinnya nanti adalah orang tua. Kan itu juga sudah dia dengar itu aja, sudah enggak bisa. tetapi dia mesti punya mainan politik,” kata Rocky.
“Jadi karena enggak punya mainan politik dia kasak-kusuk ke mana-mana. Karena kasak-kusuk itu kan satu waktu orang ya capek juga, kasak-kusuk dalam usia segitu tuh,” tandasnya.
Dokter Tifa Sebut Jokowi Menderita Autoimun Agresif
Melalui unggahan di media sosial, Dokter Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa mengamati adanya perubahan signifikan pada tubuh Jokowi yang menurutnya menunjukkan gejala penyakit serius.
Tonjolan mencolok di bagian perut Jokowi diduga sebagai alat Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), yang biasa digunakan pasien gagal ginjal untuk melakukan cuci darah mandiri.
Ia menyebut kondisi itu konsisten dengan penyakit autoimun agresif.
“Ini sakit berat. Berat sekali,” ujar Dokter Tifa dalam unggahannya.
Dokter Tifa menjelaskan bahwa penyakit autoimun agresif dapat menyebabkan kerusakan sistem kekebalan tubuh secara cepat.
Beberapa indikasi yang ia temukan antara lain perubahan ekstrem pada kulit, kelelahan, serta penurunan berat badan dan massa otot secara drastis.
Ia menyebut penyakit seperti Lupus Nephritis, Rapid Progressive Glomerulonephritis (RPGN), dan Scleroderma Renal Crisis sebagai kemungkinan yang memicu kerusakan ginjal parah dalam waktu singkat.
Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, penggunaan CAPD bahkan dianggap sudah tidak memadai.
Ia pun menyarankan agar Jokowi dirujuk ke rumah sakit terbaik, termasuk ke luar negeri jika dibutuhkan.
“Apakah negara masih memfasilitasi mantan presiden untuk mendapatkan perawatan terbaik?” ujarnya.
Apa Itu Autoimun Agresif?
Melansir laman Alodokter, penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri.
Namun, dalam kondisi terstentu, autoimun dapat menjadi lebih agresif dibandingkan penyakit autoimun lainnya.
Autoimun agresif adalah jenis penyakit autoimun yang berkembang sangat cepat, bahkan dalam waktu kurang dari enam bulan dan berpotensi menyebabkan kerusakan organ parah hingga berujung pada kematian.
Setidaknya ada 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun, beberapa di antaranya sangat berbahaya.
Beberapa penyakit di antaranya memiliki gejala serupa, seperti lelah, nyeri otot, dan demam.
Normalnya, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus.
Ketika terserang organisme asing, sistem kekebalan tubuh akan melepas protein yang disebut antibodi untuk melawan dan mencegah terjadinya penyakit.
Akan tetapi, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menganggap sel tubuh yang sehat sebagai zat asing.
Akibatnya, antibodi yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tersebut.
Apa itu CAPD?
Selain itu, tonjolan mencolok di perut Jokowi juga menimbulkan spekulasi penggunaan alat kesehatan khusus.
Alat tersebut diduga merupakan alat khusus yang digunakan dalam metode cuci darah bernama CAPD.
Melansir laman Alodokter, CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) merupakan metode cuci darah yang dilakukan lewat perut.
Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut (peritoneum), yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah, sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa.
Cuci darah bermanfaat untuk membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme, elektrolit, mineral, dan cairan berlebihan akibat penurunan fungsi ginjal.
Prosedur cuci darah, baik dengan metode CAPD atau hemodialisis, juga dapat membantu mengendalikan tekanan darah.