ORINEWS.id – Ibu dari seorang difabel di Cirebon, Jawa Barat, melaporkan perawat atas dugaan kekerasan seksual terhadap anaknya saat menjalani perawatan di salah satu rumah sakit pada Desember 2024.
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Cirebon, AKBP Eko Iskandar membenarkan adanya laporan tersebut.
Saat ini, kata Eko, pihaknya masih melakukan pendalaman dan tengah mengusut kasus tersebut.
“Ya, korban sudah melapor pada 5 Mei 2025 kemarin. Saat ini kami masih melakukan pendalaman dan berkomitmen mengusut tuntas kasus ini,” ujarnya, Sabtu (10/5/2025), dikutip Tribunnews.com.
NH (38) selaku ibu korban, mendatangi Mapolres Cirebon Kota untuk memenuhi panggilan penyidik sekaligus memberikan keterangan.
Ia menjelaskan, terduga pelaku melancarkan aksinya di ruang isolasi saat kondisi dalam keadaan sepi, tanpa kehadiran pasien lain.
“Anak saya masuk rumah sakit akhir Desember 2024. Waktu itu ruangannya kosong. Tiba-tiba datang perawat, menanyakan keluhan, lalu memeriksa anak saya hingga ke bagian sensitif. Di situlah kejadian pemerkosaan terjadi,” ungkap NH.
Berdasarkan keterangan NH, aksi dugaan kekerasan seksual itu terjadi sebanyak tiga kali, namun baru terungkap beberapa bulan kemudian, pada April 2025, setelah korban bercerita.
Kejadian itu terungkap saat ia sedang menasihati anak-anaknya agar berhati-hati terhadap laki-laki.
“Saat saya menasihati anak-anak supaya hati-hati terhadap laki-laki, anak saya tiba-tiba berkata, ‘Ma, itu dokter yang di rumah sakit pernah masukin anunya ke saya.’ Saya tanya dokter yang mana, ternyata itu perawat,” kata NH.
Setelah mendengar pengakuan sang anak, NH membawa anaknya kembali ke rumah sakit dan meminta korban menunjuk pelaku. Ia pun memotret perawat yang dimaksud dan melaporkannya ke polisi.
Pihak rumah sakit dan keluarga korban, kata NH, telah mencoba melakukan mediasi, namun tidak mendapatkan titik temu.
“Kami sudah tiga kali mediasi, tapi tidak ada titik temu, jadi saya putuskan untuk menempuh jalur hukum,” kata NH.
Ia juga menyebut bahwa sang anak mengalami trauma mendalam akibat perbuatan terduga pelaku, bahkan sampai sering berteriak sendiri.
“Traumanya berat, sering teriak-teriak dan melamun sendiri. Saya yakin anak saya adalah korban pelecehan,” ucapnya. []